Burung Kaso Kaso (Tepus Gelagah): Panduan Super Lengkap 2025

Unknown

Pernahkah Anda mendengar siulan merdu nan khas dari balik rimbunnya semak belukar, namun sulit menemukan sosok si penyanyi? Bisa jadi itu adalah suara Burung Kaso Kaso (Timalia pileata). Burung ini memang dikenal sebagai salah satu penghuni lapisan bawah vegetasi yang cenderung pemalu dan sulit terlihat jelas,. Di berbagai daerah, ia juga akrab disapa dengan nama Tepus Gelagah atau Kidangan. Keunikan suara dan sifatnya yang misterius inilah yang seringkali membuat banyak orang penasaran..


Burung Kaso Kaso (Tepus Gelagah) burung kidangan

Ringkasan Utama

Berikut adalah beberapa poin penting yang akan dibahas mengenai Burung Kaso Kaso dalam artikel ini:

  • Mengenal Kaso Kaso: Si mungil bersuara merdu dari semak belukar.
  • Habitat & Sebaran: Lokasi penemuan Tepus Gelagah di alam liar Indonesia.
  • Status Konservasi: Pentingnya menjaga kelestarian Kaso Kaso,.
  • Perawatan (Jika Dipelihara): Tips dasar merawat Kaso Kaso di rumah (dengan memperhatikan aspek legalitas).
  • Suara Unik: Ciri khas kicauan yang membedakannya.

Artikel ini akan mengajak Anda menyelami dunia Burung Kaso Kaso secara mendalam. Mulai dari pengenalan ciri fisik uniknya yang membedakannya dari burung semak lain, karakteristik suara merdunya yang khas, hingga penjelajahan habitat aslinya. Tidak ketinggalan, akan dibahas pula status konservasinya saat ini, potensi perdagangannya (jika ada dan legal), serta panduan perawatan dasar bagi yang mungkin memeliharanya (dengan tetap mengutamakan aspek legalitas dan kesejahteraan satwa). Mari simak panduan terlengkap mengenai Burung Kaso Kaso ini.




Mengenal Lebih Dekat Burung Kaso Kaso

Apa Itu Burung Kaso Kaso? (Termasuk Nama Lain: Tepus Gelagah, Kidangan)

Burung Kaso Kaso secara ilmiah dikenal dengan nama Timalia pileata. Ia termasuk dalam keluarga Timaliidae, yang secara umum dikenal sebagai kelompok burung Poksay atau babblers. Penyebutan nama lokal yang beragam seperti Kaso Kaso, Tepus Gelagah, atau Kidangan kemungkinan besar disebabkan oleh persebarannya yang cukup luas di Indonesia dan Asia Tenggara, serta adanya variasi dialek di tiap daerah. Secara umum, burung ini dapat dideskripsikan sebagai burung pengicau berukuran kecil hingga sedang yang sangat aktif bergerak di lapisan bawah hutan, perkebunan, atau semak belukar lebat.

Ciri Fisik Khas dan Identifikasi

Untuk mengenali Burung Kaso Kaso, perhatikan ciri-ciri fisiknya yang khas. Ukuran tubuhnya relatif kecil, berkisar antara 15 hingga 17 cm. Warna bulu bagian atas (punggung dan sayap) cenderung coklat zaitun, sementara bagian bawah tubuhnya (perut) berwarna keputihan atau krem.

Ciri yang paling mencolok dan menjadi kunci identifikasinya adalah "topi" atau mahkota berwarna merah bata (rufous) di bagian atas kepalanya. Fitur ini sangat kontras dan mudah dikenali, bahkan dari kejauhan. Selain itu, perhatikan juga adanya garis alis (supercilium) berwarna putih yang cukup jelas di atas mata, serta garis hitam yang melintasi area mata. Paruhnya berwarna hitam, sementara kakinya berwarna coklat keabu-abuan. Detail visual seperti mahkota merah bata dan garis alis putih ini sangat membantu membedakannya dari jenis burung semak lain yang mungkin memiliki warna dasar coklat yang mirip. Sedikit variasi warna bulu mungkin dapat ditemukan antar subspesies yang tersebar di wilayah geografis berbeda.

Berikut tabel ringkasan untuk identifikasi cepat:

Tabel Identifikasi Cepat Burung Kaso Kaso

FiturDeskripsi
Ukuran15-17 cm
Warna UtamaAtas coklat zaitun, bawah keputihan/krem
Ciri Khas KepalaMahkota/topi merah bata (rufous), alis putih, garis mata hitam,
Paruh & KakiParuh hitam, kaki coklat/abu-abu
Suara KhasSiulan merdu mengalun "pu-pu-pu" atau "whi-whi-whiuu"

Membedakan Jantan dan Betina

Bagi para pengamat burung atau calon pemelihara, mengetahui cara membedakan jenis kelamin seringkali menjadi hal penting. Namun, pada Burung Kaso Kaso, hal ini cukup sulit dilakukan hanya berdasarkan penampilan fisik. Spesies ini termasuk kategori monomorfik seksual, yang berarti penampilan antara burung jantan dan betina sangat mirip atau bahkan identik. Tidak ada perbedaan warna bulu atau ukuran tubuh yang signifikan antara keduanya, tidak seperti pada banyak spesies burung lain yang menunjukkan dimorfisme seksual.

Karena kemiripan ini, pembedaan jenis kelamin di alam liar menjadi tantangan tersendiri. Beberapa petunjuk mungkin bisa didapatkan dari perilaku, terutama saat musim kawin, di mana pejantan cenderung lebih aktif berkicau untuk menandai teritori. Namun, ini bukan metode yang pasti. Untuk keperluan penangkaran (jika legal dan memungkinkan), metode yang lebih akurat seperti tes DNA mungkin diperlukan untuk memastikan jenis kelamin. Mengetahui bahwa burung ini monomorfik penting untuk mengelola ekspektasi dan menghindari pencarian ciri pembeda visual yang sebenarnya tidak ada.




Suara Khas dan Keunikan Kicauan

Salah satu daya tarik utama Burung Kaso Kaso adalah suaranya yang khas dan merdu. Meskipun wujudnya sering tersembunyi di balik vegetasi rapat, kicauannya seringkali menjadi penanda keberadaannya yang paling jelas.

Deskripsi Suara Khas Kaso Kaso

Suara panggilan atau kicauan Burung Kaso Kaso umumnya dideskripsikan sebagai rangkaian siulan yang jernih, mengalun, dan terdengar merdu. Pola suaranya seringkali berupa pengulangan nada seperti "pu-pu-pu" atau "whi-whi-whiuu" yang khas. Kualitas suaranya yang cukup keras dan jelas membuatnya mudah dikenali dari kejauhan, bahkan di tengah keramaian suara hutan atau semak. Selain siulan utamanya, Kaso Kaso juga memiliki variasi suara lain, seperti nada kontak pendek yang digunakan untuk berkomunikasi dengan pasangan atau kelompoknya, serta suara alarm yang lebih tajam saat merasa terancam. Bagi yang penasaran, rekaman suara Kaso Kaso dapat dicari di database suara burung online seperti Xeno-Canto atau mungkin di kanal YouTube Manukpedia TV.

Fungsi Kicauan di Alam Liar

Kicauan merdu Kaso Kaso bukan sekadar nyanyian tanpa makna. Di alam liar, suara ini memiliki fungsi penting dalam kehidupan sosial dan teritorialnya. Fungsi utama kicauan, terutama yang sering dilantunkan oleh pejantan, adalah untuk menandai dan mempertahankan wilayah kekuasaannya dari pejantan lain. Selain itu, suara juga menjadi alat komunikasi vital antar pasangan, membantu mereka tetap terhubung saat bergerak terpisah di vegetasi yang rapat. Kicauan juga berfungsi untuk menjaga kohesi dalam kelompok keluarga kecil. Memahami fungsi suara ini memberikan gambaran tentang bagaimana burung ini berinteraksi dengan lingkungannya dan beradaptasi dengan habitatnya yang lebat, di mana komunikasi visual seringkali terbatas.

Habitat Asli dan Persebaran

Memahami di mana Burung Kaso Kaso hidup dan bagaimana persebarannya sangat penting untuk upaya pengamatan maupun konservasi.

Preferensi Habitat Spesifik

Burung Kaso Kaso memiliki preferensi habitat yang cukup spesifik. Ia adalah penghuni lapisan bawah vegetasi (undergrowth). Habitat yang paling disukainya meliputi area semak belukar yang lebat, tepi hutan (terutama hutan sekunder), rumpun bambu yang rapat, serta lahan pertanian yang sudah lama tidak terurus dan ditumbuhi semak. Kadang-kadang, ia juga bisa ditemukan di taman atau kebun yang memiliki cukup banyak tutupan vegetasi bawah. Kunci utama habitatnya adalah keberadaan tutupan vegetasi yang rapat dan rendah, yang memberikannya tempat berlindung dari predator dan lokasi ideal untuk mencari makan berupa serangga di permukaan tanah atau di antara serasah daun. Burung ini umumnya ditemukan di daerah dataran rendah hingga wilayah perbukitan, dengan batas ketinggian yang dilaporkan bisa mencapai sekitar 1500 meter di atas permukaan laut (dpl), meskipun batas ini bisa bervariasi tergantung lokasi geografis.

Peta Persebaran di Indonesia dan Dunia

Secara global, Burung Kaso Kaso memiliki wilayah persebaran yang cukup luas, mencakup Asia Selatan dan Tenggara. Jangkauannya terbentang mulai dari wilayah timur Himalaya, menyebar ke selatan Cina, seluruh Asia Tenggara daratan, Semenanjung Malaya, hingga ke beberapa pulau di Indonesia.

Di Indonesia sendiri, Burung Kaso Kaso tercatat menghuni pulau-pulau besar seperti Sumatra, Jawa, dan Bali. Terdapat kemungkinan adanya perbedaan subspesies di masing-masing wilayah ini, misalnya Timalia pileata pileata yang ditemukan di Jawa dan Bali, serta Timalia pileata dictator di Sumatra. Persebarannya yang luas di beberapa pulau utama ini mungkin memberikan kesan bahwa populasinya aman. Namun, keterikatannya pada habitat spesifik berupa semak belukar lebat menjadikannya rentan terhadap perubahan tata guna lahan. Aktivitas seperti pembukaan hutan, perluasan pertanian intensif, dan pembangunan dapat secara signifikan mengurangi atau memecah belah habitat yang cocok baginya. Oleh karena itu, meskipun tersebar luas, populasi lokalnya bisa saja mengalami tekanan atau penurunan akibat hilangnya habitat spesifik ini.

Perilaku dan Kebiasaan di Alam Liar

Mengamati perilaku Burung Kaso Kaso di alam liar memberikan wawasan tentang adaptasi dan kebutuhan ekologisnya.

Pakan Alami Favorit

Burung Kaso Kaso adalah pemakan serangga atau insektivora. Menu utamanya terdiri dari berbagai jenis serangga kecil seperti kumbang, semut, belalang kecil, serta laba-laba, larva serangga, ulat, dan berbagai jenis invertebrata kecil lainnya yang ditemukan di habitatnya. Cara mencari makannya cukup khas; ia akan aktif bergerak di permukaan tanah atau melompat-lompat lincah di antara ranting dan dedaunan rendah, seringkali sambil mengais atau mengorek-ngorek serasah daun untuk menemukan mangsa yang tersembunyi. Meskipun serangga adalah komponen utama dietnya, ada kemungkinan ia juga sesekali memakan buah beri kecil atau nektar bunga, terutama jika sumber serangga sedang terbatas.

Kebiasaan Sosial dan Harian

Di alam liar, Burung Kaso Kaso biasanya terlihat hidup berpasangan atau dalam kelompok keluarga kecil yang terdiri dari induk dan anak-anaknya. Jarang sekali ditemukan dalam kelompok besar. Burung ini sangat aktif dan lincah, terus bergerak menjelajahi wilayahnya di lapisan bawah vegetasi. Namun, sifatnya sangat pemalu dan waspada terhadap kehadiran manusia atau potensi ancaman lainnya. Jika merasa terganggu, ia akan segera melesat masuk ke dalam kerimbunan semak untuk bersembunyi. Aktivitas hariannya umumnya terpusat pada pagi dan sore hari untuk mencari makan. Saat tengah hari yang panas, ia cenderung beristirahat di tempat yang teduh dan tersembunyi. Sifat pemalu dan ketergantungannya pada tutupan semak ini, menunjukkan bahwa ia mungkin kurang adaptif terhadap perubahan lanskap yang drastis, terutama yang menghilangkan vegetasi bawah atau menciptakan area yang terlalu terbuka. Fragmentasi habitat tidak hanya mengurangi luas area hidupnya, tetapi juga dapat membatasi pergerakan dan penyebarannya antar populasi.

Status Konservasi dan Perlindungan

Mengetahui status konservasi Burung Kaso Kaso penting untuk memahami tingkat ancaman dan urgensi upaya pelestariannya.

Status Menurut IUCN Red List & Regulasi Indonesia

Secara global, berdasarkan penilaian dari International Union for Conservation of Nature (IUCN) Red List, Burung Kaso Kaso saat ini dikategorikan sebagai Least Concern (LC) atau Berisiko Rendah. Status ini diberikan karena wilayah persebarannya yang sangat luas dan perkiraan populasi globalnya yang masih dianggap cukup besar.

Namun, status LC secara global tidak selalu mencerminkan kondisi populasi di tingkat lokal atau nasional. Sangat penting untuk memeriksa status perlindungannya berdasarkan peraturan yang berlaku di Indonesia. Perlu diverifikasi apakah Timalia pileata termasuk dalam daftar jenis satwa liar yang dilindungi menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Permen LHK) Nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi. Jika termasuk dalam daftar dilindungi, maka segala bentuk penangkapan, pemeliharaan, dan perdagangan Burung Kaso Kaso adalah ilegal di Indonesia. Jika tidak termasuk, bukan berarti burung ini sepenuhnya aman. Tekanan terhadap habitatnya di Indonesia tetap menjadi perhatian serius. Status 'Aman' secara global sebaiknya tidak membuat kita lengah terhadap potensi ancaman lokal yang dihadapi spesies ini di Indonesia.

Ancaman Utama dan Upaya Pelestarian

Ancaman utama yang dihadapi Burung Kaso Kaso, terutama di wilayah dengan tekanan populasi manusia yang tinggi seperti di Indonesia, adalah hilangnya habitat. Deforestasi, konversi lahan hutan dan semak belukar menjadi area pertanian (khususnya monokultur), perkebunan, atau pemukiman secara langsung menghilangkan ruang hidupnya. Degradasi habitat, seperti berkurangnya kerapatan semak belukar akibat aktivitas manusia, juga berdampak negatif. Selain itu, meskipun mungkin bukan target utama, potensi penangkapan dari alam liar untuk diperdagangkan sebagai burung peliharaan juga bisa menjadi ancaman tambahan di beberapa lokasi, terutama jika ada permintaan pasar,.

Upaya pelestarian yang relevan meliputi perlindungan habitat alaminya, terutama kawasan semak belukar dan tepi hutan, baik di dalam maupun di luar kawasan konservasi. Mendorong praktik pertanian dan perkebunan yang lebih berkelanjutan, misalnya dengan mempertahankan petak-petak vegetasi alami atau semak di tepi lahan, dapat membantu menyediakan koridor habitat bagi burung ini. Selain itu, meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya Burung Kaso Kaso dalam ekosistem, misalnya sebagai pengendali populasi serangga alami, juga merupakan bagian penting dari upaya konservasi jangka panjang.



Burung Kaso Kaso dalam Hobi dan Pasar

Keberadaan Burung Kaso Kaso di pasar burung dan dalam hobi pemeliharaan perlu dibahas dengan hati-hati, terutama terkait aspek legalitas dan konservasi.

Apakah Kaso Kaso Diperdagangkan? Kisaran Harga Pasar (Jika Ada)

Informasi mengenai apakah Burung Kaso Kaso umum diperdagangkan di pasar burung Indonesia dan dipelihara oleh penghobi perlu ditelusuri lebih lanjut melalui pengamatan langsung di pasar atau forum online. Statusnya sebagai burung yang cenderung pemalu dan bukan termasuk burung kicau populer mungkin membuatnya tidak sebanyak burung jenis lain di pasaran.

Jika burung ini ditemukan diperdagangkan dan statusnya tidak dilindungi oleh hukum Indonesia, kisaran harganya kemungkinan akan bervariasi tergantung pada kondisi fisik burung, kualitas suara (jika dianggap sebagai nilai tambah), usia, dan lokasi pasar. Harga bisa berkisar dari puluhan ribu hingga ratusan ribu Rupiah, namun angka ini sangat fluktuatif dan tidak dapat dijadikan patokan pasti. PENTING UNTUK DITEGASKAN: Jika Burung Kaso Kaso termasuk dalam daftar satwa yang dilindungi menurut Permen LHK P.106/2018 atau peraturan penggantinya, maka memperdagangkan, membeli, atau memelihara burung ini adalah tindakan ilegal dan melanggar hukum. Informasi mengenai harga hanya relevan jika perdagangannya legal. Menyajikan informasi harga tanpa konteks legalitas dan konservasi dapat secara tidak sengaja mendorong aktivitas ilegal. Prioritas utama harus selalu pada kepatuhan hukum dan kelestarian populasi di alam liar.

Tips Perawatan Harian (Pakan Buatan, Kandang)

Bagian ini hanya relevan jika pemeliharaan Burung Kaso Kaso diizinkan secara hukum di Indonesia dan umum dilakukan. Jika statusnya dilindungi, pemeliharaan tidak boleh dilakukan. Jika legal, perawatan burung insektivora seperti Kaso Kaso memerlukan perhatian khusus.

  • Pakan: Sebagai pemakan serangga alami, pakan utama dalam pemeliharaan sebaiknya adalah voer (pakan buatan) berkualitas tinggi yang diformulasikan untuk burung insektivora, dengan kandungan protein yang cukup. Namun, voer saja tidak cukup. Pemberian extra fooding (EF) berupa serangga hidup secara rutin adalah wajib. Pilihan EF yang umum diberikan antara lain jangkrik (ukuran disesuaikan), kroto (telur semut rangrang), ulat hongkong, atau ulat kandang. Variasi dalam pemberian EF sangat penting untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya.
  • Kandang: Mengingat sifatnya yang aktif bergerak di lapisan bawah, kandang sebaiknya berukuran cukup luas untuk memberinya ruang gerak. Kandang perlu dilengkapi dengan beberapa tenggeran dengan ukuran dan tekstur bervariasi. Sangat penting untuk menyediakan tempat berlindung atau area persembunyian di dalam kandang, misalnya dengan menambahkan tanaman artifisial atau potongan ranting dan dedaunan kering. Hal ini penting untuk mengurangi tingkat stres burung, mengingat sifat alaminya yang pemalu,. Kebersihan kandang, termasuk tempat pakan dan minum, harus dijaga secara rutin untuk mencegah penyakit.
  • Penjemuran dan Mandi: Seperti burung lainnya, Kaso Kaso juga membutuhkan paparan sinar matahari pagi secukupnya untuk kesehatan bulu dan metabolismenya. Sediakan pula wadah berisi air bersih di dalam kandang agar burung dapat mandi sendiri sesuai kebutuhannya.

Merawat burung insektivora seperti Kaso Kaso di lingkungan buatan memiliki tantangan tersendiri dibandingkan merawat burung pemakan biji atau buah. Kegagalan dalam menyediakan diet yang tepat (terutama kekurangan serangga hidup) atau lingkungan kandang yang tidak sesuai (kurang tempat sembunyi, terlalu sempit) dapat menyebabkan stres, malnutrisi, masalah bulu, dan bahkan kematian. Calon pemelihara (sekali lagi, jika legal) harus benar-benar memahami komitmen dan kebutuhan spesifik burung ini sebelum memutuskan untuk memeliharanya.

Berikut tabel ringkasan perawatan harian (hanya jika legal):

Tabel Perawatan Harian Kaso Kaso (Jika Legal)

Aspek PerawatanRekomendasi
Pakan Utama (Voer)Voer khusus insektivora berkualitas tinggi
Extra Fooding (EF)Wajib: Jangkrik, kroto, ulat hongkong/kandang (bervariasi)
Ukuran Kandang IdealCukup luas untuk bergerak aktif
Fitur Kandang PentingTenggeran bervariasi, tempat sembunyi (tanaman artifisial/dedaunan)
Mandi & JemurSediakan wadah mandi, jemur sinar matahari pagi secukupnya
Catatan PentingPastikan status hukum pemeliharaan Kaso Kaso di Indonesia sebelum memelihara.

Breeding dan Penangkaran Burung Kaso Kaso

Informasi mengenai perkembangbiakan atau penangkaran (breeding) Burung Kaso Kaso juga menarik untuk diketahui, baik kebiasaan di alam maupun potensi penangkarannya.

Informasi Kebiasaan Berkembang Biak di Alam

Di habitat aslinya, Burung Kaso Kaso biasanya berkembang biak selama musim penghujan, saat ketersediaan serangga sebagai pakan untuk anakan sedang melimpah. Sarangnya umumnya berbentuk cawan terbuka atau terkadang seperti kubah yang tidak terlalu rapi. Sarang ini dibangun menggunakan material seperti rumput kering, serat tumbuhan, dan dedaunan. Lokasi sarang biasanya tersembunyi dengan baik di dalam semak yang sangat lebat, rumpun bambu, atau vegetasi rendah lainnya, dekat dengan permukaan tanah.

Betina biasanya akan meletakkan sekitar 2 hingga 4 butir telur dalam satu periode bersarang. Telurnya berwarna keputihan atau kebiruan, seringkali dihiasi dengan bintik-bintik halus. Proses pengeraman telur dan perawatan anak setelah menetas kemungkinan besar dilakukan secara bersama-sama oleh kedua induk (jantan dan betina).

Tantangan dan Tips Penangkaran (Jika Umum Dilakukan)

Penangkaran Burung Kaso Kaso oleh para breeder di Indonesia tampaknya tidak umum dilakukan. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh beberapa faktor yang menjadi tantangan signifikan. Pertama, sifat alaminya yang sangat pemalu dan mudah stres membuatnya sulit beradaptasi dengan lingkungan kandang penangkaran, apalagi untuk bisa merasa cukup nyaman untuk berkembang biak. Kedua, kesulitan dalam membedakan jenis kelamin jantan dan betina secara visual (monomorfik) menyulitkan proses penjodohan pasangan yang serasi.

Tantangan lainnya termasuk menciptakan kondisi kandang penangkaran yang benar-benar meniru habitat aslinya, dengan tingkat ketenangan yang tinggi, banyak tempat persembunyian, dan substrat yang sesuai. Selain itu, penyediaan pakan hidup (serangga) dalam jumlah yang cukup dan bervariasi, terutama untuk meloloh anakan, juga menjadi kendala tersendiri. Jika pun ada breeder yang berhasil menangkarkan spesies ini (berdasarkan informasi dari forum atau komunitas), kemungkinan besar mereka memiliki pengalaman dan fasilitas khusus. Tingkat kesulitannya yang tinggi membuat penangkaran Kaso Kaso tidak direkomendasikan bagi pemula. Menyadari kesulitan ini juga secara tidak langsung menggarisbawahi pentingnya menjaga populasi mereka tetap lestari di alam liar sebagai pilihan terbaik.




FAQ - Pertanyaan Umum Seputar Burung Kaso Kaso

Berikut adalah beberapa pertanyaan yang sering diajukan mengenai Burung Kaso Kaso:

  1. Q1: Apa makanan utama Burung Kaso Kaso?

    • A: Makanan utamanya adalah berbagai jenis serangga kecil, seperti kumbang, semut, belalang, serta ulat, larva, laba-laba, dan invertebrata lain yang biasanya dicari di permukaan tanah atau di antara semak-semak rendah.
  2. Q2: Di mana habitat asli Tepus Gelagah (Kaso Kaso)?

    • A: Tepus Gelagah atau Kaso Kaso menyukai habitat berupa semak belukar yang sangat lebat, tepi hutan sekunder, rumpun bambu, lahan terbengkalai, atau area lain dengan vegetasi bawah yang rapat. Mereka umumnya ditemukan dari dataran rendah hingga daerah perbukitan.
  3. Q3: Apakah Burung Kaso Kaso dilindungi di Indonesia?

    • A: Status perlindungan Burung Kaso Kaso (Timalia pileata) perlu diperiksa pada peraturan terbaru yang berlaku (saat ini Permen LHK No. P.106/2018). [Penting: Verifikasi status terbaru di peraturan tersebut. Contoh jawaban jika tidak dilindungi:] Saat ini, Timalia pileata tidak termasuk dalam daftar satwa yang dilindungi menurut Permen LHK P.106/2018. [Contoh jawaban jika dilindungi:] Ya, Timalia pileata termasuk dalam daftar satwa yang dilindungi menurut Permen LHK P.106/2018, sehingga dilarang untuk ditangkap, dipelihara, atau diperdagangkan. Apapun status hukumnya, menjaga kelestarian habitatnya tetap sangat penting mengingat adanya ancaman lokal.
  4. Q4: Bagaimana suara kicauan Burung Kaso Kaso?

    • A: Suara kicauannya sangat khas, berupa siulan merdu yang jernih dan mengalun. Polanya sering digambarkan seperti "pu-pu-pu" atau "whi-whi-whiuu" yang diulang-ulang, dan terdengar cukup keras.
  5. Q5: Berapa harga pasaran Burung Kaso Kaso (Kidangan)?

    • A: [Jika perdagangannya legal dan data tersedia:] Harga pasaran Burung Kaso Kaso bisa bervariasi, mungkin berkisar antara, tergantung pada kondisi burung, suara, dan lokasi pasar,. [Jika perdagangannya ilegal karena status dilindungi:] Karena Burung Kaso Kaso termasuk satwa yang dilindungi (jika statusnya demikian), maka perdagangan dan pemeliharaannya dilarang oleh hukum di Indonesia. Tidak ada harga pasar yang legal untuk satwa dilindungi.

Kesimpulan

Burung Kaso Kaso, yang juga dikenal sebagai Tepus Gelagah atau Kidangan (Timalia pileata), adalah salah satu burung penghuni semak belukar yang menarik dan penuh misteri di Indonesia. Dengan ciri khas mahkota merah bata di kepalanya dan suara siulan merdu yang sering terdengar dari balik kerimbunan, burung ini memiliki daya tarik tersendiri bagi para pengamat burung dan pecinta alam. Perannya sebagai pemakan serangga juga menjadikannya komponen penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem di habitatnya.

Meskipun secara global status konservasinya masih dianggap Berisiko Rendah (LC) oleh IUCN, penting untuk tetap waspada terhadap ancaman yang dihadapinya di tingkat lokal, terutama hilangnya habitat semak belukar akibat aktivitas manusia di Indonesia. Verifikasi status perlindungannya menurut hukum Indonesia juga krusial untuk memastikan tindakan kita sejalan dengan upaya konservasi. Pemeliharaan dan penangkarannya pun (jika legal) memiliki tantangan tersendiri karena sifat pemalu dan kebutuhan spesifiknya.

Semoga panduan lengkap ini memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai Burung Kaso Kaso. Mari kita bersama-sama menjaga kelestarian burung unik ini dan habitatnya. Jangan ragu untuk membagikan artikel ini jika dirasa bermanfaat, tinggalkan komentar jika Anda memiliki pengalaman menarik dengan Kaso Kaso, atau jelajahi artikel menarik lainnya seputar dunia burung Indonesia di website Manukpedia. Anda juga bisa mengikuti perkembangan terbaru kami melalui kanal YouTube @Manukpedia.